Jum'at, 17 Mei 2024

Follow us:

infobrand

infobrand

KNH 2018: “4.0 Bukan Tentang Teknologi Saja, Tapi Juga Budaya”

Posted by: 12-12-2018 08:29 WIB 2386 viewer

KNH 2018: “4.0 Bukan Tentang Teknologi Saja, Tapi Juga Budaya”
Konvensi Nasional Humas 2018/ InfoBrand.id/ Foto: Arief Akbar

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara, membuka hari kedua acara Konvensi Nasional Humas 2018 dengan tanggapan bahwa beradaptasi dengan teknologi tidak cukup untuk menghadapi era 4.0, tetapi juga perlu didukung dengan perubahan dalam budaya.

“Teknologi dapat dibeli, tapi bagaimana dengan sikap, dengan budaya kerja manusia? Ini harus diantisipasi, mengenai budaya kerja,” ungkap Ngakan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia kita sudah diambil alih oleh teknologi. Hal ini yang menjadikan era 4.0 sangat penting. Beberapa bulan yang lalu, Presiden RI sudah meluncurkan program Making Indonesia 4.0. Semenjak itu, agenda 4.0 sudah menjadi agenda nasional. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsa, termasuk humas, harus mendukung program nasional tersebut untuk meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat internasional. Bentuk dukungan itu dapat melalui penyampaian pesan positif untuk Indonesia.

Terkait fungsi humas sendiri, sudah melihat perubahan dari revolusi-revolusi industri sebelumnya. Di revolusi pertama, humas menggunakan media ‘konvensional’ atau media ‘offline’. Di revolusi kedua, humas beralih ke media online. Revolusi 3.0 melihat peningkatan dalam penggunaan media sosial. Dengan adanya media sosial, masyarakat turut menjadi pemberita, dan bebas beropini. Perubahan di era 3.0 ini yang membuat peran humas semakin penting di era 4.0 ini, karena jika opini tersebut tidak berdasarkan data dan fakta, maka humas tidak dapat membangun bangsa yang kuat. Untuk menanggapi hal tersebut, humas dapat menggunakan teknologi yang kian berkembang ini untuk membuat kegiatan humas lebih efektif, transparan, dan real time. Artinya, fungsi humas sekarang adalah untuk melakukan literasi kepada masyarakat dengan opini yang berdasarkan data dan fakta.

“Humas itu garda terdepan untuk menjaga bangsa. Fungsi ini fungsi mulia dan harus dibekali dengan skill-skill, apalagi dengan teknologi baru,” lanjut Ngakan.

Humas juga dapat mengambil inspirasi dari praktek humas di negara lain. Di Cina sendiri, Humas 4.0 digaungkan dengan penggunaan robot. Robot-robot ini dapat menulis berita dengan sangat cepat. Namun, apakah fungsi humas dapat diambil oleh robot sepenuhnya? Jawabannya adalah tidak, karena sebagian besar fungsi humas membutuhkan unsur-unsur yang tidak dapat dilakukan atau tidak dimiliki oleh robot itu sendiri. Contohnya, ketika seorang humas menyampaikan suatu pesan, maka membutuhkan etika, atau code of conduct yang berlaku. Humas juga mebutuhkan intuisi, feeling, dan tingkat tanggung jawab yang tinggi. Penyampaian pesan juga memerlukan empathy, terutama untuk pesan-pesan sensitif, serta pertimbangan strategis atau perencanaan kedepannya.

Akan tetapi, teknologi juga akan membantu humas dalam melaksanakan fungsinya, terutama hal-hal yang terkait logic (AI), connectivity (IoT), dan phsycial content (VR, augmented reality, 3D printing). Humas harus dapat manage teknologi, karena yang menciptakan teknologi tersebut juga manusia guna mempermudah pekerjaannya, bukan untuk menggantikan mereka. Meskipun beberapa sumber mengatakan bahwa shifting tenaga kerja akibat revolusi industri 4.0, hal ini bukan suatu hal yang menakutkan, tetapi merupakan suatu peluang bagi Indonesia untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja. Adapun Indonesia akan mengalami bonus demografi di tahun 2030 nanti. Pemerintah dapat menikmati bonus ini dengan membekali mereka dengan training dan skill terkait. Jika tidak, maka bonus ini akan menjadi beban untuk negara. 

Hal yang senada juga disampaikan oleh Ani Natalia, Kasubdit Humas Direktorat Jendral Pajak. Tax ratio untuk Indonesia masih pada angka 10.3%, sangat kurang dari angka ideal. Namun, karena pajak bukan topik menarik untuk dibahas untuk masyarakat, sosialisasi kepada para wajib pajak menjadi suatu tantangan untuk Humas Dirjen. Ani pun mencoba untuk megoptimalisasi talent dari internal mereka sendiri. Dia mengabungkan beberapa pekerja dari ribuan pegawai Dirjen Pajak dalam satu tim kreatif, yang kemudian menghasilkan konten-konten yang viral. Menurut Ani, untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan stakeholders, maka humas pemerintah harus riding the wave dan mengikuti selera milenial. Jika humas ingin meng-engage dengan para milenial, humas harus menang dari segi kreativitas, diferensiasi, dan kecepatan.

“Sering dikatakan, think out of the box. Menurut saya, don’t think out of the box, because there is no box,” tutup Ani.



TERPOPULER