Jum'at, 17 Mei 2024

Follow us:

infobrand

infobrand

KNH 2018: “4.0 Butuh Kolaborasi”

Posted by: 12-12-2018 08:43 WIB 2379 viewer

KNH 2018: “4.0 Butuh Kolaborasi”
Foto: Perhumas

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara, membuka hari kedua acara Konvensi Nasional Humas 2018 dengan tanggapan bahwa beradaptasi dengan teknologi tidak cukup untuk menghadapi era 4.0, karena membutuhkan kolaborasi antar lembaga.

“Indonesia banyak potensi yang harus dikembangkan. Kita harus berkolaborasi, harus bersatu untuk membangun bangsa, dan melihat pencapaian pesaing kita, sudah sampai mana mereka,” ungkap Ngakan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia kita sudah diambil alih oleh teknologi. Hal ini yang menjadikan era 4.0 sangat penting. Beberapa bulan yang lalu, Presiden RI sudah meluncurkan program Making Indonesia 4.0. Semenjak itu, agenda 4.0 sudah menjadi agenda nasional. Sebelumnya, Airlangga Hartanto, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, beserta Kementerian telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap (peta jalan) yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam memasuki era Industry 4.0. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah kolaboratif ini perlu melibatkan beberapa pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi dan pelaku industri, hingga unsur akademisi.

Sama seperti revolusi lain-lainnya, revolusi ini pun dimulai dengan ‘kebingungan’. Walaupun ada banyak yang ingin menerapkan 4.0 di dalam lembaga mereka, mereka bingung dengan bagaimana transisi ke 4.0. tersebut dapat dilakukan,

“Memang, pada awalnya transisi itu membingungkan, tetapi jika sudah diisi, nantinya kita akan merasakan keuntungannya,” lanjut Ngakan.

Adapun lima industri yang diminta untuk menerapkan 4.0., yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. Hal ini dikarenakan kelima industri tersebut sejauh ini memberikan penghasilan yang cukup signifikan terhadap PDB nasional.

“Jika PDB tidak menumbuh, yang ada kita tidak bisa menyerap tenaga kerja, yang meningkatkan crime dan kemiskinan. Kita maju industri, kita mau GDP per capita dan quality of life bangsa Indonesia,” jelas Ngakan.

Industri, lanjut Ngakan, dapat maju jika humas membantu dari sisi pemberitaan. Jika berita terkait Indonesia cenderung negatif, maka investor akan ragu-ragu untuk berinvestasi di tanah air. Akan tetapi, berita positif juga harus berbasis fakta, karena jika ditemukan bahwa berita positif itu tidak benar, maka akan kick-back ke Indonesia sendiri, karena investor asing itu akan memberitakan yang negatif di negara asal mereka. 

Dari Kemenperin sendiri, sudah ada aksi nyata mengenai revolusi 4.0. ini, bukan hanya terbatas pada sosialisasi. Mereka sudah menandatangani MoU dengan perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan 4.0 dalam sehari-hari mereka. Kedepannya, Ngakan berharap bahwa perusahaan lainnya juga menerapkan 4.0 ini agar dapat bersama membangun Indonesia.



TERPOPULER